ANGSAR PUSAKA atau Khodam Pusaka

Berbicara pusaka sekali lagi buang segala pemahaman khodam-khodaman Jin, itu bukan pemahaman Jawa. Kêris bagi manusia Jawa memiliki fungsi sebagai pembuka kekuatan pikiran bawah sadar manusia pemilik kêris itu sendiri. Jenis besi bahan kêris dan pamor yang tergurat pada bilah kêris adalah kunci untuk membuka kekuatan pikiran bawah sadar manusia. Tidak ada hubungan dengan ḍêmit gêndêruwo ṭeṭekan ilu-ilu, banaspati, jin, setan brêkasakan, khodam-khodaman. Itu pemahaman sesat, bid'ah bagi Jawa. Daya halus yang tercipta dari jenis besi dan pamor kêris disebut Angsar. Daya tersebut yang akan menyelusup kepada otak pemilik dan membuka pintu pikiran bawah sadar mereka sehingga memunculkan kekuatan ajaib sesuai fungsi pamor kêris. Dari mana kekuatan tersebut hadir? Dari bathin manusia sendiri, bukan dari ḍêmit. Untuk mempercepat terbukanya pintu pikiran bawah sadar maka dupa atau kemenyan dan bunga sebagai sarana yang paling ampuh. Jadi fungsi dupa dan bunga bukan sebagai makanan persembahan bagi khodam Jin penunggu pusaka. Mereka tidak memerlukan sesajian semacam itu. Kalaupun mau mereka bisa datang ke pabrik dupa dan makan sepuasnya di sana dengan menghisap-hisap bau dupa sampai muntah. Juga kalau perlu bisa pergi ke toko bunga untuk mencicipi aneka macam bunga sepuas mereka.
Pemahaman bahwa kêris dan senjata yang terbuat dari wêsi aji semacam tombak dan sebagainya memiliki kekuatan gaib karena keberadaan khodam yang menghuni benda pusaka tersebut sebenarnya merupakan pengaruh pemikiran ajaran Abrahamik (baca : Islam dan Kristen). Dalam khazanah Jawa, sesuai pakem Jawa, sebuah kêris, tombak dan semua senjata yang terbuat dari wêsi aji memiliki fungsi sebagai media untuk membobol kekuatan gaib dari pikiran bawah sadar manusia pemilik pusaka itu sendiri. Fungsinya semacam password khusus, dimunculkan oleh pamor yang tergurat pada bilah kêris atau tombak itu sendiri. Adapun pamor sebenarnya adalah visualisasi bentuk energi yang diguratkan pada bilah kêris.  Bentuk-bentuk energi tertentu mengandung daya kekuatan tertentu. Manusia Jawa sudah bisa melihat secara penginderaan bathin bentuk-bentuk pola energi tersebut dan dituangkan dalam visualisasi pamor. Ditunjang juga oleh pemilihan besi khusus sebagai bahan pembuatannya.

Dalam pakem Jawa asli tidak ada khodam-khodaman. Khodam sendiri berasal dari bahasa Arab, artinya pendamping. Dan yang dimaksudkan adalah pendamping ghaib, semacam jin atau setan penghuni benda tertentu. Jika Anda meyakini keberadaan khodam-khodam seperti ini di dalam kêris dan tombak, Anda sudah keluar dari pakem Jawa asli. Oleh karenanya ketika suatu saat saya ditanya tentang pusaka apakah memiliki khodam? Saya menjawab : saya tidak mengenal khodam-khodaman. Kêris dan tombak lahir dari kearifan Jawa asli, jadi tidak pas kalau dinilai dari sudut pandang perkhodaman yang notabene merupakan sudut pandang Arab.

Sekali lagi fungsi bunga dan dupa yang diletakkan di dekat pusaka sebagai sarana masuk ke pikiran bawah sadar kita sendiri, mempersiapkan diri agar daya pamor bisa merasuk dan membobol kekuatan gaib yang ada pada pikiran bawah sadar kita sendiri, satu kekuatan gaib sesuai yang kita butuhkan. Dan Anda tidak akan menyangka, bahwa pikiran bawah sadar kita ini sangat dahsyat karena merupakan percikan dari Sanghyang Urip. Jika Anda ingin mengembalikan pemahaman perpusakaan sesuai cara pandang Jawa, maka buang pemahaman khodam-khodaman. Jawa tidak mengenal khodam. 

Untuk merawat pusaka, pilih hari Anggara Kasih atau Sukra Kasih. Siapkan bunga, bakar tiga batang dupa, taruh didekat pusaka Anda. Baca mel ini :

Hyang-Hyang Sarining Wêsi, wêsi lumat sih mat, wêsi aji, wêsi pulasani, wêsi kuning têtungguling wêsi aji, ingsun caos ḍahar sêga arum sakuḍuping mêlaṭi. x 3

Terjemahan :
Yang Luhur Yang Luhur Hakekat Segala Besi, hakekat dari besi lumat, yang mampu menarik segala besi, besi aji, besi pulasani, besi kuning pemimpin besi aji, aku berhatur hidangan nasi harum sekuntum melati. x3

Mel ini tertuju kepada Hyang Sarining Wêsi atau Yang Luhur Hakekat dari Besi yang tiada lain Sanghyang Urip itu sendiri. Yang kita haturkan adalah putihnya bathin kita, yang mewangi selayaknya hidangan nasi pulen, yang harum selayaknya melati. Batin yang siap untuk menerima vibrasi dari pamor-pamor pusaka kita agar bathin kita bekerja sesuai yang dinginkan.

KRT. Sastrasasangka (Ki Ajar Jawadipa)
30 Januari 2022

Sumber info : Facebook

0 Comments :

Posting Komentar

Cancel Reply

Ad Code

Responsive Advertisement

Tags

Featured Post

Categories

Tags

Recent Posts

3/recent/post-list

Recent in Sports

3/Sports/post-list

Facebook