Pada mulanya pulau Jawa memang dihuni oleh orang Jawa.

Dalam perjalanan waktu..., orang dari luar mulai masuk ke pulau Jawa.

Jika mengikuti kata ramalan..., penduduk asli akan tergeser hingga akan tinggal separohnya.

Ternyata..., bisa jadi ramalan itu bukan hanya melihat kuantitas manusia Jawa..., melainkan melihat kualitasnya.

Fisik memang sebagai orang Jawa..., tetapi pola pemikiran dan perilaku serta keyakinan tidak lagi berpihak kepada nilai-nilai luhur Jawa.

Celakanya..., saat para leluhur yang mewarisi hidup dan kehidupan dihina..., para ahli waris justru ikut menghina.

Seharusnya..., siapapun dididik untuk belajar mencintai diri..., tanah air..., dan leluhur yang membesarkannya.

Demikian juga untuk 'Cino' yang dikatakan 'kari sejodo'..., karena pada kenyataannya saat ini banyak juga etnis China yang meninggalkan budaya leluhurnya.

Yang setia ke ajaran leluhurnya tinggal sedikit..., saking sedikitnya sehingga diibaratkan 'kari sejodo'.

Ramalan Joyoboyo..., tampaknya sabda yang disuarakan untuk peringatan akan datangnya masa pembalasan.

Saat sekarang inilah..., masa yang diramalkan tiba.

Dunia perekonomian dan dunia pendidikan sedang dipasung oleh makhluk kecil..., yang bernama Corona.

Semua ditutup..., demi keseimbangan alam.

Alam yang selama ini melayani..., dihuni oleh manusia yang ingkar kepada kasunyatan.

Ketika keingkaran manusia tak lagi terbendung..., bumi bakal nagih janji..., "tondo tumekane jaman ela-elo"..., wong Jowo kari separo..., Cino kari sejodo.

Sebuah pitutur bagi manusia yang mau merenung..., berfikir..., dan mengambil pelajaran..., agar terselamatkan dari amukan alam akibat perilaku yang diperbuat manusia itu sendiri.

Semoga kita tergolong manusia 'Jawa yang tinggal separo' dan 'Cino yang tinggal sejodo'

Sumber info: Facebook